“DIMANA
KITA BERDIRI DISITU KITA MENCARI”
Disrupsi
Teknologi mungkin jarang di dengar oleh
kebanyakan orang. Berbeda halnya dengan kata ‘Globaliasi’, namun keduanya
memiliki keterkaitan satu sama lain. Globalisasi ditandai oleh berbagai macam komponen
didalamnya, teknologi dan internet. Memperkecil deretan isi bumi, dengan
menghasilkan jejaring sosial. Mereka bukan saja membangun budaya baru pada
perubahan melainkan juga perubah pola sikap dan perilaku manusia. Era Disrupsi dimulai
pada tahun 1997, namun pada masa itu belum terasa karena masih sedikit yang
mengenal internet. Kehadiran internet menjadi peluang bagi semua aspek entah
dari perusahaan, tatanan undang-undang maupun pekerjaan. Disruption atau dengan
arti gangguan, kekacauan diidentikan dengan pola kehidupan sekarang ini.
Mengapa menjadi sedemikian rupa?. Apa yang membuat tatanan kehidupan ini
menjadi kacau atau terganggu. Jawabannya hanya teknologi. Sebenanya, bukan kakacauan
namun pergerakan perbedaan budaya yang
menyebabkan tatanan didalamnya menjadi berubah dan hampir semuanya diubah.
Bagaimana tidak, kehadiran ini tidak terelakan. Maksudnya semua orang meng’iya’kan
hal ini dan menjadi kebiasaan bagi mereka. Adanya era disrupsi membawa solusi
bagi manusia. Solusi di setiap komponennya ini hadir kala tekologi mematikan
segalanya. Mematikan jarak, waktu, dan pola kehidupan manusia.
Manusia
vs Mesin (yang dicpitakan oleh manusia sendiri)masih lebih pintar mesin
dibandingkan manusia. Mesin dapat mengingat ribuan nomor, namun manusia hanya 7
sampai 8 nomor saja. Contoh Solusi kemacetan dalah kecepatan, solusi harga
mahal menjadi harg murah. Semua diatur sedemikian rupa sehingga ada solusi
dibalik permasalahan. Bahkan ditambah lagi teknnologi menjadikan robot ataupun
kecerdasan manusia. Sungguh luar biasa.
Dengan begitu
dimanakah posisi para pemuda?
Pemuda,
harus memiliki jiwa yang kuat. Mengetahui siapa dirinya dan harus berbuat
apakah di dunianya. Pemuda masa kini adalah pemuda yang tahu pada isi dan
tantangan dari dalam dan luar negaranya, sehingga mereka bisa memilih dan masuk
pada impian mereka. Pemuda sekarang rata-rata anak kelahiran 1990an-2000an.
Mereka mencari siapa jati diri mereka sesungguhnya. Keberadaan teknologi tak
menghentikan mereka untuk terus melangkah entah di posisi benar atau salah. Bukan
masalaah zaman atau teknologi tetapi masalah siapa kita dan dimana kita
ditempatkan disitulah diri kita. Masih banyak orang yang melihat sisi negative
dari kehadiran teknologi namun pada hakikatnya mereka masih menggunakannya.
Rintangan, hambatan tentu ada dietiap jalan. Namun bagaimana kaum muda
menghadapinya.
Memang
pemuda sekarang ini dilahrikan dengan penuhnya dunia perteknologian, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan teknologi sebagi bagian dari passion
pereka. Manusia memiliki passion untuk
mempengaruhi sebuah teknologi. Bukan lagi pengaruh teknologi kepada manusia.
Perusahaan
mulai meraabah ke dunia online, mulai dari perdagangannya, pembayarannya hingga
tarik barang. Jasa yang digunakan hanya secara online dengan sistem elektronik.
Menjadikan segala yang realita menjadi virtual dan itulah yang disukai para
pemuda saat ini. Virtual. Mereka selalu dipaacu dengan gambaran screen setiap
haru, namun disiulah mereka akan maju. Pemuda saat ini berdiri dengan kondisi
yang penuh dengan teknologi dan era disrupsi dimana memungkinkan jaringan dapat
didapatkan secara cepat. Media baru menawarkan para
penggunanya untuk memilih pilihan informasi yang sesuai untuk di konsumsi,
mengendalikan informasi, interaktivitas merupakan konsep utama pemahaman
tentang media baru,munculnya virtual reality,komunitas virtual dan identitas
virtual muncul seiring hadirnya media baru. Banyak
peluang dapat didapatkan para pemuda, karena mereka memiliki kebebasan. Seperti
halnya menjadi seorang influencer atau pengusaha dalam dunia online seperti di
instagram, twiiter dan lain-lain.
Pemuda
mencari dimanakah tempat yang cocok dalam dunia seperti ini. Siapakah kaum muda
yang dimaksud? Kaum muda adalah kita, entah raga dan jiwanya merasa masih muda,
anak TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa, hingga pekerja sekalipun. Disrupsi Teknologi mengantarkan
pada kaum pemuda untuk berpikir lebih jauh dan memahami resiko dalam situasi
(Disruption Mainset). Pikiran mereka harus lebih jauh, bukan hanya soal
pelajaran atau mata kuliah saja. Namun skill yang dimiliki harus seimbang.
Karena pada dasarnya pemuda di Era Disrupsi saat ini dihadapkan dengan
tantangan Bonus Demografi.
Diprediksi oleh McKinsey Global Institute di
tahun 2030 disuatu negara akan mendapatkan
sebuah Bonus Demografi karena akibat dari besarnya proporsi penduduk yang
produktif dan jumlahnya menjadi dua kali lipat dibandingkan penduduk berusia
tua atau bayi. Di Indonesia sendiri Bonus Demografi hadir di tahun 2020-2035.
Maka dari itu pemudalah yang menjadi pemain dalam hal ini. Jika lengah maka
akan tertinggal, karena disini hanya mementingkan kecepatan kerja dan kerja. Masalah ‘ancaman’ atau ‘peluang’
tergantung pada diri pemuda masing-masing. Karena tingkatan pertama dalam
menjalani hidup adalah memahami diri sendiri terlebih dahulu, mengkonsep diri,
dan dengan situasi seperti ini jalan manakah yang mau diambil dan dicari. Topik
tentang diri atau self memegang peranan yang penting dan menjadi titik
mula untuk memahami individu dan perilakunya, baik dalam level personal maupun
kelompok
Evolusi
media komunikasi bukan menghancurkan namun mengembangkan. Manusia dan pribadi
mainsetny juga berkembang. Mengikuti zaman dan tatanan di dalamnya. Disrupsi,
globalisasi, demografi, industri dan lainnya ditanggapi dengan se positive
mungkin. Hanya pemuda produktif dan
inovatif dalam segi ilmu pengetahuan atau skill kreatifitas, itulah yang
dicari. Tantangan bukanlah suatu hambatan, melainkan jembatan. Ibarat lampu
jalan yang tidak selamanya hijau, namun ada kalanya ia kuning pertanda untuk
‘hati’hati’. Pemuda adalah masa depan bangsa.
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar