Sabtu, 23 Maret 2019

KONSTRUKSI ISI MEDIA SEBAGAI TIPU DAYA MANUSIA


(eh, Hai! Monggo, mari belajar bareng. Kalau ada kesalahan atau masukan, monggo comment aja)


Lingkup media sudah tidak asing di dengar oleh masyarakat sekitar, termasuknya Indonesia. Masuknya akses internet dan komputer di Indonesia sekita tahun 1990-an menjadi awal terjangan hidupnya interaksi virtual masyarakat. Kehidupan itu tak terkalahkan dengan bertambahnya ruang-ruang aplikasi seperti face-book, twiiter, we chat, hingga snapchat dan instagram yang menjadi hype sekarang ini. Dengan hal itu membawa dampak besar tertama besarnya ekspose lingkungan sekitar kita. Dari manusia atau diri kita/self yang di ekspose di internet, lingkungan seperti loka wisata agar menambah populasi mengunjung, dan ekspose peristiwa menarik. Semua dalah dengan tujuan komunikatif dan informatif. Eksopse tersebut dengan maksud untuk memperkenalkan siapa diri kita, ada apa di lingkungn sekitar kita hingga fenomena menarik yang kita ketahui.

Penggunaan telekomunikasi mulai masif di awal 2000an yaitu sekitar 66% di tahun 2003 dan ditahun 2004 75%. Hadirnya-pun membawa pengaruh pada pola pikir masyarakat, kehidupan masyarakat dan terutama budaya masyarakat. Internet diidentifikasikan dengan media-media sebagai ruang membagiakan informasi. Jika dahulu belum adanya internet, kita menggunakan media konvensional seperti televisi dan radio, media cetak seperti surat kabar, dan sekarang adalah media massa yang penggunaan khalayaknya masif dan bisa dibilang sebagai masyarakat maya.

Dengan media sebanyak itu dan ribuan konten didalamnya maka ada banyak peluang manusia untuk membangun isi media sebagai konstruksi tipu daya masyarakat. Mengapa seperti itu?

Platform yang kita anggap sebagai Tuhan adalah “Google”. Mengapa seperti itu? Karena sekarang akses apapun kita di Tuhankan olehnya dan kepercayaan kita sepenuhnya adalah hasil penelusuran Google. Semua aplikasi atau platform lainnya harus menyambungkan akses kepada Google dan secara tidak langsung kita membuat akun atau identitas menggunakan email untuk dapat menikmati aplikasi yang kita inginkan. Satu akun mengarah ke berbagai situs misal ke facebook, instagram, twitter, snapchat dan lain lain. Dengan begitu adanya konstruksifitas identity atau aktifitas membangun identitas di media. Perkembangannya juga melahrikan manusia dengan karya progemer (bug hunter) yaitu sebagai gate atau penjaga satu website atau platform agar informasi di dalamnya tidak bocor secara ilegal. Sementara itu dalam suatau akun yang telah kita jalankan maka hsitory atau penjelajahan kita akan terekam didalamnya. Dan tidak diragukan lagi, perkerjaan di platform Google sangat besar, karena menjaga jutaan bahkan triliunan akun atau informasi didalamnya.

Seperti yang dikatakan diatas hadirnya internet membawa banyak perubahan, salah satunya pola pikir atau mainset dan budaya masyarakat. Misalnya saja, adanya perubahan telekomunikasi didasari dari pola pikir masyarakat yang tidak pernah puas. Maka dibuatlah inovasi-inovasi baik dari segi komunikasi, teknologi kesehatan atupun peluang untuk para petani. Semuanya didasarkan untuk mempermudah khalayak dengan menggunakan teknologi.

Interaktifitas masyaarakat dalam berkomuniaksi juga mulai berubah. Adanya kesenjangan karena mereka memilih untuk berinteraaksi secara virtual dan jarang untuk mengungkapkan lewat realita. Sekedar hanya genggaman handphone dan akses internet mereka sudah merasa terpuaskan. Seakan mereka sudah terkena tipu daya internet dan pengaruh-engaruh didalamnya. Seperti yang dikemukakan Mc Luhan, dulunya Manusia menciptakan Teknologi, namun sekarang teknologi menciptakan manusia. Mencipakan budaya baru pada masyarakat. Salah satunya yang mencuit adalah budaya “menunduk”, mengapa demikian?. Tidak terpungkiri manusia lebih khawatir mengabaikan handphonennya dari pada mengkhawatirkan orang yang sedang berbicara dengannya atau menghawatirkan fenomena disekitrnya. Seakan mereka mempersepsikan bahwa internet sangat disayangkan untuk ditinggalkan.

Namun, ada dua tipikal manusia dalam hadirnya teknologi. Pertama adalah mereka yang selalu menggunakan dan terperdaya dengan apa didalamnya sedangkan yang kedua adalah mereka yang menganggap aneh atau menghindari internet karena pengaruhnya amat kuat. Konstruksi media atau identitas pastinya individu akan membangun citra baik agar dianggap sebagai individu yang baik pula. Bukan hanya baik, namun cantik atau bagus, dengan view menarik, atau efek foto luar biasa. Hal tersebut adalah sebuah konstruksi dimana dia membangun tipu daya pada khalayak yang melihatnya di internet. Secara tidak langsung pula, segala yang di bagikan ke situs atau aplikasi akan terekam dan jejak tidak akan membohongi.

Pengaruh kuat pun dari internet saya dapatkan dari akun Youtube Yes Theory, dimana salah satu vidio yang diunggah adalah mengkontruksikan identitasnya sebagai Justin Bieber dan berita tersebut booming di Amerika Serikat. Disana terlihat fake Justine berpakaian ala Justin dengan rambut dan kumis pirangnya. Tim akun tersebut mempotret dengan ‘fake’ Justin sedang memakan Burrito (salah satu makanan Amerika) dan ia pubish di media sosial seperti twitter, facebook, instagram, dan situs terkenal lainnya di Amerika. Pada dasarnya, manusia lebih sering melihat segala sesuatau yang sifannya simbolik atau visual. Secara tidak langsung mereka yang melihat hasil potret tersebut meng-oposisi kan dan berpersepsi benar terhadap foto tersebut.

Konstruksi media atau membangun media adalah tergantung bagaimana kita sebagai pelaku didalamnya memahami bagaimana jalannya media dan jaringan internet didalamnya. Dari sudut pandang kita sebagai komunikator ataupun sebagai komunikan. Jika pandangan mengenai komunikan, kita dituntut untuk menjadi seseorang yang memahami mana benar dan salah. Mudah sekali seorang komunikan mengkontruksikan, bukan hanya identitas namun juga informasi berita dan isi konten lainnya. Perubahan pola pikir bukan hanya berdampak baik, namun juga dampak buruk yang tidak ada tandingannya. Hoax, juga termasuk konstruksi media dalma hal penyelewengan informasi, penipuan, dan masih banyak lainnya. Jika dikaitkan dengan masalah politik sekarang ini, pembentukan persepsi atau opini masyarakat adalah isi konten di media. Dimana konstuksi digunakan untuk membentuk opini terhadap paslon satu maupun dua, entah bertambahnya informasi negatif atau positif dari kedua belah kubu.

Isi media bukan sekedar konten namun bagaimana makna yang tersirat didalamya. Bermandaat atau tidak pada khalayak dan bertujuan baik untuk masyarakat. Untuk menghasilkan makna dan bermanfaat berilah informasi yang sekiranya dibuthkan oleh khalayak. Karena jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi, isi konten bukan dari komunikator saja, namun komunikan juga bisa menjadi komunikator dan sebaliknya. Maka tidak heran, jika kontrusksi isi media di televisi atau internet banyak dari request atau kemauan komunikan. Hasilnya adalah untuk memuaskan khalayak atas karyanya sebagai komunikator.

Bukan hanya pemetaan idetitas dan jelajahan lainnya, namun juga merujuk pada interaksi atau candu kita pada internet. Pergunakanlah internet dengan bijak, jangan sampai kita sebagai komunikator politi mengkonstruksikan isi media semau dan semudah mungkin tanpa ada riset yang mendasari. Berwawasan luas memang perlu, tetapi wawasan bukan sedekar didatangkan dari hasil penelusuran internet. Bahan dan ruang untuk mencari tahu banyak aksesnya, seperti buku dll.


Dafpus:
Chapter 4: Perspective on internet use: Access, Involvement 

Tidak ada komentar:

YUKK BELAJAR TOLERANSI

Kalo bicara tentang bagaimana toleransi di Indonesia udah pasti toleransinya bagus banget, secara Indonesia adalah negara dengan berbagai ma...