Minggu, 25 Februari 2018

MENGAPA SEMUA TERJADI //SAAT AKU TAK SANGGUP LAGI

Lirik yang sangat menyentuh, hingga orang yang mendengarkan pun luluh.
well, tepat 00.19 26/02/2018
Sedikit bercerita, ingin ku bercerita. tapi sekarang ya gak ada yang dengerin. Orang semuanya uda tidur. Well, cerita tentang beasiswa. Banyak beasiswa disana disini, ampe bingung w mau pilih yng mana. Sekarang w semester 2, yah gak banyak sih beasiswa yang jatuh di semester 2 ini. Seenggaknya aku berusaha buat dapetin keringanan untuk hidup. Pasti kalian nanya, "kan lu punya kost-kostan pasti lu kaya"
Kata siapa w kaya, yg kaya orang tua w. Lagian gak ada keuntungan juga buat kost-kostan itu. Duitnya udah kaya siklus ujan, gitu-gitu aja. Sama sekali gak ada untungnya. Jadi w berinisiaip buat cari beasiswa gitu deh. Untung-untung ada yang mau nrima w. Btw, w mau cerita nih, kalo disetiap beasiswa pasti ada keterangannya buat orang gak mampu. So w mau tanya, apa semua beasiswa cuma orang yg gak mampu? sedangkan w mampu (sedih rasanya). iyaa ada beasiswa prestasi. Tapi sama aja ujung-ujungnya buat orang yg gk mampu. Kalian pasti pada mikir, faedahnya apa coba kalo lu ikut beasiswa. Faedahnya buat w ya, bisa ngringanin bebab ibu bapak w, selain itu pengalaman aja. Yah, w emng bego, tapi w punya kelebihan. Kira-kira dapet beasiswa gak ya?

Jumat, 16 Februari 2018

SOK BERAGAMA?!

Dalam beragam semestinya kita mendasarkan atas keimanan kita, bukan hanya ikut-ikutan, keturunan atau kepentingan. Sebab, bila beragama bukan berdasarkan iman, tidak akan mendapatkan kesuksesan.
Janganlah berbicara mengenai agama dengan penuh keangkuhan, kesombonngan, merasa diri kita paling banyak tahu, paling pintar dan paling benar hingga akhirnya berani dengan mudahnya menjelekan, menghujat, menyalahkan dan bahkan mengatakan sesat kepada orang yang tidak sepaham. Sadarilah bahwa kita ini dhaaif (lemah) dan hanya sedikit sekali pengetahuan ilmu yang kita tahu. Tapi kenapa dengan pengetahuan yang terbatas itu, kita justru menrasa paling super, paling hebat, dan paling tinggi. Kita bermaksud menyampaikan agama, akan tetapi kenapa kesombongan yang dikedepankan?
Hendaknya dakwah yang kita sampaikan dengan kasih sayang, kelembutan dan kebaikan agar dakwah itu sampai pada tujuan yang diharapkan. Namun, bila sebaliknya akan terjadi permusuhan, keributan, dan perpecahan. Orang yang hanya sekedar tahu mengenai agama akan tetapi jiwanya hampatanpa adanya iman di dada, maka kesombongan dan kangkuhan yang memasuki dirinya.
Mengaku pandai dalam hal agama dan merasa fasih serta semangat dalam berkata-kata gama, akan tetapi kenapa banyak diantaranya yang menebar kebencian dan menyakiti pada sesama?. Jadi ajaran siapa yang sebenarnya diamalkan selama ini? apakah ajaran Allah, atau ajaran Syaitan? Bila ajaran Allah yang kita amalkan, maka kita akan berbuat kebaikan, dan sebaliknya bila ajaran syaitan maka kita akan berbuat kerusakan dan menghancurkan. Padahal umat adalah satu genggaman, satu ajaran, yang bersama-sama untuk mendapatkan ridha Allah.

Dafpus: Yusuf Anshori (Bahagia diJalan Agama)

Kamis, 15 Februari 2018

CERPEN BIASA

ADA YANG HILANG

            Bus jurusan Bandung– Jogja turun di terminal Jogjakarta. Senja di ufuk barat telah menenggelamkan matahari dan samar-samar langit mulai berwarna hitam. Adzan maghrib sudah berkumandang. Perjalanan memakan waktu lima setengah jam dari kota Purwokerto. Diana turun dari bus. Dia melihat ke kanan dan ke kiri. Kemana tujuan dia harus pergi? Yang dia pegang hanyalah satu lembar alamat. Dia belum pernah ke Jogja sebelumnya, hanya tau bahwa rumah Mbah di dekat Malioboro. Bahkan saat sekolahnya mengadakan liburan kelulusan SMA ke Jogja, dia tidak ikut. Gadis yang biasa disapa Anna hanya berdiri diam bersandar di dinding dekat toilet di terminal. Matanya memandang lurus ke orang-orang yang turun dari bus, sepertinya mereka sudah punya tujuan masing-masing. Anna mendesah.

            “Bahkan aku tidak tahu arah. Dimana ada masjid? Mana arah barat, mana arah timur? Benar kata eyang, tidak seharusnya aku nekad pergi ke tempat ini,” katanya dalam hati menyesali sifat tidak sabarannya.

            “Mbak? Mbak mau kemana?” seseorang laki-laki tua bertanya pada Anna. Anna menoleh laki-laki tua itu, dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Laki-laki itu pun pergi meninggalkan Anna dengan senyuman ramahnya. Anna gelisah, waktu maghrib tidak lama lagi habis.

            “Kek, maaf,” Anna memanggil laki-laki tua itu kembali. Anna mendekati laki-laki tua itu setelah laki-laki tua itu berhenti dan menoleh ke arah Anna.

            “Saya sedang mencari Masjid, Kek,” ucap Anna kemudian.

            “Kalau begitu mari ikut taxi saya saja,” ajak laki-laki tua itu ramah

            Anna mengingat kalau harga naik taxi lumayan mahal. Dia di Jogja mungkin tidak hanya satu atau dua hari saja. Uang yang sudah dia simpan dalam waktu satu tahun ini tidak seharusnya dia gunakan dengan sembarangan. Anna nyengir kuda mengetahui kalau bapak tua ini adalah supir taxi. Sekarang, dia bingung bagaimana menolaknya.

            “Kenapa lagi mbak?” tanya laki-laki tua itu melihat Anna hanya diam seperti orang kebingungan. Anna sekarang tersenyum lebar hampir melihatkan seluruh gigi depannya.

            “Kakek kasih tahu aja arahnya. Maaf saya sedang berhemat Kek,” lanjut Anna menunduk malu.

            Laki-laki tua yang bisa disapa kakek itu kemudian tersenyum lalu tawanya sedikit keluar. Dia tahu maksud gadis manis itu. Anna masih terus menunduk menahan rasa malunya. Sementara laki-laki itu berjalan meninggalkan Anna menuju taxinya. Anna mengangkat kepalanya sedikit. Dia melihat laki-laki tua itu pergi meninggalkannya. Gadis itu kembali mendesah. Semua diluar perkiraannya. Dia pikir pergi ke Jogja pasti akan sama dengan masuk ke sekolah baru. Hanya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan bersikap ramah. Tapi kenyataanya tidak seperti itu. Ia kembali menyesali perbuatannya.

            “Hey mbak, ayo! Nanti kita ketinggalan sholat maghrib,” ujar laki-laki tua itu dari dalam taxinya. Anna masih terbengong di tempat tadi.

            “Gratis,” lanjutnya tersenyum hangat.

***

“Asalamualaikum. Bapak pulang Bu,” salam laki-laki tua itu sambal mengetuk pintu. “Waalaikumsalam,” terdengar suara seorang wanita yang lembut dari dalam rumah yang sederhana itu. Tidak lama seorang wanita tua membukakan pintu. Wajahnya terlihat semringah menyambut suaminya pulang kerja.

            “Bu, kenalkan ini Anna. Tamu kita,” lanjut laki-laki tua itu memperkenalkan Anna pada istrinya. Istrinya tersenyum hangat menyambut Anna. Anna pun menyalami istri laki-laki tua itu. Anna bahkan lupa tidak menanyakan siapa nama kakek tua yang sudah menolongnya sejauh ini. Mereka sama sekali belum kenalan. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Anna duduk di sofa yang sudah terlihat sangat tua. Istri kakek itu masuk ke dalam sedangkan kakek tadi masuk ke kamar. Anna melihat-lihat isi ruang tamu. Terdapat lukisan sosok anak kecil sedang berlari dengan membawa boneka. Ia teringat dengan adiknya sewaktu kecil. Anna bangkit dari duduknya untuk melihat foto dan lukisan itu.

            “Itu putri Kakek,” Kakek itu mengejutkan Anna. Anna kemudian duduk lagi ke sofa. Istri kakek tua itu sudah kembali dan membawa dua gelas teh hangat.

            “Engga usah repot-repot, Bu. Maaf ya Kek, Anna jadi merepotkan seperti ini,” ucap Anna menundukan kepalanya.

            “Jadi nama kamu Anna?” tanya kakek tua itu. Anna menganguk.

            “Kakek lupa tidak mengajakmu kenalan sejak tadi. Nama Kakek Abdul Rahman. Dan Istri Kakek Siti Honimah,” lanjut kakek iu memperkenalkan diri dan juga istrinya. Mereka langsung akrab seketika. Banyak yang mereka bicarakan dari kuliah Anna di Bandung, keramaian di Bandung, dan masih banyak lagi. Sedangkan Kakek dan Istrinya menceritakan putrinya yang sedang sekolah di Bandung.

“Sudah lama kami tidak bertemu dengannya. Sejak dia semester 5 6 sudah jarang berhubungan dengan kakek. Apalagi sekarang sudah menjelang skripsi, dia sangat sibuk. Tapi kami selalu mendoakan agar dia diberi kesehatan dan umur panjang,” ujar istri Kakek Rohman bercerita. Kakek Roman yang tadinya penuh senyuman kini wajahnya datar. Palah dia izin pergi ke luar saat istrinya bercerita tentang putrinya. Anna mengerti keadaan itu. Tapi saat Nek Honimah bercerita, tidak Anna yang bisa Anna lakukan kecuali menjadi pendengar yang baik.

“Memang harapan orang tua pasti ingin anaknya sukses, tapi kesuksesannya membuat kami menjadi kesepian.” lanjut Nek Honimah masih bercerita.

“Ngomong-ngomong, kamu ke Jogja ketemu siapa? Kok maghrib-maghrib kaya orang ilang, hehehe.” Tanya Nek Honimah.

“Anu Nek, saya dari Bandung mau ke rumah Mbah yang ada di Jogja tapi dari tadi saya mencari telpon umum disekitar jalan kok gak ada. Eh, tiba-tiba ketemu sama si Kakek” jawabku sambi senyum-senyum tidak jelas.

“Walah, emang mba. Sudah jarang disini telfon umum, ditelfon aja mba lewat hape. Emange Rumah mbahnya disekitar mana?” lanjut nek Honimah.

“Hemm,, saya gak punya hape nek. Kalo rumah mbah sendiri sih di dekatnya Malioboro, tapi lupa di sekitar mana soalnya sudah lama banget gak kesini.” Jawabku santai.

“Wong Kota ra ngerti hape. Hehehehe” canda nek Honimah. Anna pun sontak menjawabnya dengan gelengan karena ia sedikit paham Bahasa Jawa.

Pembicaraan seolah hening, dan hanya kerdengung suara jangkrik malam yang selau mengiringi bunyi pedesaan.

“Sudah malam Nduk, kamu pasti cape. Sini, kamu harus istirahat,” ucap Nenek itu mengajak Anna menuju sebuah kamar. Setelah sampai di depan pintu kamar, nenek iu membukanya.

            “Ini kamar anak Nenek dulu. Sudah idak pernah dipakai. Tapi kamu tidak usah khawatir, kamar ini bersih soalnya nenek membersihkannya setiap hari,” lanjut nenek itu masuk dan duduk di tempat tidur kamar itu. Anna hanya mengangguk-angguk sambil matanya melihat ke seluruh ruangan kamar itu.

            “Selamat istirahat ya Nduk,” ucap Nenek Honimah kemudian keluar dari kamar. Anna duduk di tempat tidur dan meletakkan tasnya. Badannya pegal-pegal karena perjalanan jauh. Tapi waktu Isya belum datang dan dia belum mandi.

            “Nek, saya mau mandi dulu. Hehe,”

***

Sreek,,sreek!! Suara gesekan sepatu yang terlihat seperti malas berjalan. Anni, saudara Anna yang mencarinya di sekitar jalan Malioboro. Tak satupun wanita yang sedikit mirip denganku terihat dalam keramaian sana. Jam yang sudah menunjukan pukul sembilan malam, tak kunjung datangnya kabar dari Anna. Anni membuka handphone.

“Assalamualikum Mbah, si Anna ra ono ning dalan Malioboro. Wis muter-muter, tak golei, tak takok supir taksi jere ra ndeleng (Assalamualikum mbah, Anna gak ada di sepanjang jalan Malioboro. Aku udah muter-muter, tak cariin, tak tanya supir taksi katanya gak liat)” kata Anni yang terlihat bingung dan lelah.

“Ya Allah Gusti, putuku nang ndi yo? Mbarang ra tau ming Jogja, ya ora ngerti daerah Jogja koyo ngopo. Yowis koe bali bae” (Ya Allah, cucuku dimana ya? Dia gak pernah ke Jogja, mana tau daerah Jogja kaya gimana. Yaudah, kamu pulang aja). Jawab Si Mbah dengan penuh gelisah.

Seiring perjalanan pulang, Anni meihat handphone dan mencari kontak yang Anna miliki. Tetapi ia sadar, bahwa percuma saja menghubungi Anna yang tidak tau keberadaannya dimana. Karena semenjak tiga tahun silam semua akses jaringan dia stop. Tiga tahun silam tepat kelulusan Anna di SMP, adik semata wayangnya meninggal karena tertabrak mobil saat menyebrangi jalan. Saat itu Sanna ingin menyebrang jalan dan sedang membalas chatnya dengan Anna. Hal itu membuat orang tuanya sadar, bahwa segala sesuatu yang berbau dengan teknologi sudah menghancurkan anak kedua yang masih berumur 10 tahun. Teramat sangat dengan tepukulnya hal itu, membuat orang tua Anna kukuh, agar tak ada lagi yang menggunakan gadget dan menggantinya dengan telfon rumah apabila ada kepentingan. Dan sekarang, Anna yang tak tau dimana, tambah susah dicari karena tidak ada yang menghubungkan dengannya kecuali sebuah gadget.

“Assalamualaikum Mbah..” Salam yang terdengar malas. Dan sontak si Mbah menjawabnya.

Hari semakin malam dan Mbah menyarankan besok melaporkan ke pihak terminal atau polisi setempat. Anni beranjak pergi ke kamar dan lekas tidur, sedangkan si Mbah sedang sibuk menanyai tetangga, teman kerabatnya dan grup yang beliau punya menggunakan Whatsapp. Ibu Anna sempat menelfon rumah, dan menanyakan apakah Anna sudah berada disana atau belum. Seketika itu si Mbah marah besar kepada Ibu Anna.

“Hape iku selalu didadikno pacuan pertama ning wong-wong. Anna ra ngerti nang ndi siki, gara-gara ra ono komunikasi sing menghubungna Anna. Saiki sopo sing salah? Apa gara-gara matine Sanna trus koe ra ngulihno anakmu nggo nyekel hape?. Hape saiki penting ndoook, nang kee ra ono telpon umum, wis jarang telpon umum dihubungna nang kene. Saiki nanggone hape, hape, hape!!!” (Hape itu selalu menjadi pacuan pertama di hidup orang disekarang ini. Anna gak tau sekarang dimana, gara-gara gak ada komunikasi yang menghubungkan dengan si Anna. Sekarang siapa yang salah? Apakah gara-gara meninggalnya Sanna trus kamu gak bolehin anakmu suruh megang hape? Hape itu penting nakk, disini gak ada telfon umum, udah jarang telfon umum dihubungna kesini. Sekarang makainya hape, hape, hape!!) Marah si Mbah.

“Tapi buk, saiki Anna ndi?”jawab Ibu Anna yang mulai cemas.

“Mbooh, urus awakmu nembe urus anakmu” (Gak tau, urus dirimu dulu baru urus anakmu)”Lanjut si Mbah.

Malam yang berganti pagi, kakek Abdul Rahman yang sedang bersiap-siap kerja menawarkan Anna ke Jalan Malioboro.

“Nduk, rumah mbahmu di deket Jalan Malioboro kan? Yo bapak antarkan kesana ya?”tawar kakek.

“ Iya kek, makasih banyak”senyum Anna dengan manis.

“Oiya, kamu hafal nomor mbah kamu tidak?”

“Iya kek, alhamdulillah hafal” jawab Anna semangat. Kakek segera memberikan hapenya kepada Anna dan segera menelfon Mbah.

“Assalamualikum Mbah, iki Anna” Percakapan dengan Mbah tidak berjalan lama, namum cepat dan jelas. Setelah beberapa menit bersiap-siap, Anna dan kakek segera berangkat ke tempat tujuan dan bertemu dengan Mbah.

AS WOMEN CAN'T DO SOMETHING

Yeaah! welcome back reader!
in this apportunity i'll explain about my title, yes am a woman that another person can call me naya. I've one sister, taht little sister, begining her lifes i've think about what want do for the future. And in fact, yeahh that come true! my little sister, grown up more beautiful, cute, smart and the others!! the important one is i lose from her. Sania, her name is sania. Properties that she have, not be mine. Like, she is always smail to another people, than all the people loves her. Until in every moment, every second when she is take awalk, many people call "Sania, how are you?" or "Sania, sania" All people call sania.
I really really cant this way. Oh my God!! the different make me sad,, and very sad. She can doing something that i can't. and me, can't doing something that she can't. We lifes together till right now, maybe 13 th. And in this year, she has get 23 trophy and many certificate. God!! i need some fair arround me, Why always my sister,. And me? Not even one yet i get the trophy and other contest.
Hope my readers know what i feel now.
see yaa

SANG PENJAGA KOST (kisah memilukan)

Disini admin mau cerita seputar penjaga kost.
Siapa sih, penjaga kost sesungguhnya? ya, sang pemilik kost itu sendiri. Tapi kalo mau diwakilkan sama satpam juga boleh, tapi hakekatnay sang pemilik kost adalah ibu kost. Yah pokoknya itu!!
Disini posisiku adalah anak kandung dari ibu kost, secara otomatis riwayat kostan suatu saat ada di tangan aku kan? Pokoknya aku disini adalah penjaga kost.
berhubung ibu aku sibuk bapakku sibuk, jadi tugas diserahin ke aku yang sebagai anaknya. Aku disini gak ngerasa keberatan, ya soalnya ini rumahku sendiri. Semua orang yang hidup dalam lingkup kostku itu cuma numpang. Yah, secara istilah aku itu penguasa. ehehehe
Ceitaku dimulai dari tugas yang diamanati oleh ibuku, yah namanya juga cewe. Nyapu, ngepel, buang sampah udah harus dilakuin selama aku menjaga kostan. Istilah menjaga kost bukan hanya dari segi keamanan saja, melainkan dari segi kebersihan daan lain-lain.
Oke, gak mau memperpanjang cerita, aku mau ngomong tugas dan kewajiban penjaga kost. Disini emang, aku sendiri yang nyapu semua sudut kostan. Dan aku sediri pula yang buang sampahnya. Setiap kamar punya tempat sampah masing-masing, tapi ada tempat sampah umum dimana semua sampah terkumpul di dapur. Aku sedikit sebel yah, dengan kelakuan anak kost jaman sekarang, gak menghargai apa yang udah dilakuin penjaga kost. KALIAN Anggep aku apa ha? Babu kalian? Tukang sampah kalian, yang setiap pagi harus keliling setiap kamar buat mastiin sampah loe semua udah kebuang?. Kenapa kalian gak naroh langsung ke tempat samapah umum yang ada di dapur, sampe bejibun-jibun sampah kalian yang ada di depan kamar!! Emang, aku akui kalo anak kost itu males, dan muaalessnya kebangetan, tapi tau diri lah! Aku akui, kalo aku juga mahasiswa yang sama malesnya sama kalian, tapi aku juga punya kewajiban. Disatu sisi, aku pernah ngepel sekitar jam 10 pagi, ya emang itu udah siang banget buat ngepel lantai. Tapi hargai dong, aku ngepel. Lo liat kalo w lagi ngepel, sampe aer yang ada di lantai, lo juga liat. TAPI KENAPA LO MASIH LEWAT DALAM KEADAN KELUAR DARI KAMAR LO, DAN NINGGALIN CAP KAKI WARNA COKLAT!!
LO TELPON KE IBU W KALO LAMPU KAMAR MATI, BAPAK W KESINI. TAPI LO PALAH NYURUH BAPAK W BENERIN INI ITU YANG ITU ADALAH HAL YG BISA LO LAKUIN. LO KIRA BAPAK W TUKANG APA!! MIKIIIIRRR DONG MBAKKK!!!!!

Kamis, 01 Februari 2018

Bangga Dapet "C"

Hemmm,,
Heloo para mahasiwa yang baru liburan atao yang udah liburan!!
Gimana liburanya? duh, liburan jadi gak tenang nih soalnya banyak kabar-kabar kalo nilainya udah dimasukin ke sia masing-masing. Woahh pasti pada dag dig gur derr..apalagi yang masih maba imut-imut, baru tau gimana dunia perkulihan itu, baru tau juga apa itu IP dan IPK, yang masih story-nya tentang kegalauannya dapet nilai jelek. Daaaan masih banyak lagi.

Ya, di artikel sebelumnya aku menjelaskan bahwa aku bukanlah anak sekolah (dulunya) melainkan aku itu anak pondok. Soo tau lah, gimana pondok itu. Apalagi pondok Gontor, semua asupan bergizi kita makan dari mulai pelajaran arab-arabnya, peraturannya dll. About pelajaran yang aku kuasaain (pelajaran eksak) di pondok adalah hanya 43% (mungkin). Loh kenapa? Karena, yaa tau sendiri lah gontor itu terkenal dengan bahasanya yang luar biasa dan pelajaran eksaknya yang gak begitu banyak. Dan memang setelah lulus dari Gontor, banyak temen-temen aku yang masuk dunia perkuliahan yang judul pelajarannya sama yaitu "Arab". Soo, aku gak mau lah sama kaya yang lain. Aku nekat masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang dulu sama sekali belum pernah aku kuasain sama sekali. Kenapa begitu? Soalnya, aku udah punya tabungan ilmu about arab kenapa gak ngambil yang lain?. Emang sii, kalo bahasa arab yang kita pake gak kita asah, nanti bakalan ilang. Tapi, aku punya solusi. Jadi aku punya temen kampus yang alumni gontor, aku ajakin aja percakapan sama dia pake bahasa arab, toh dia nyambung dan banyak dari temen-temen aku yang kepo.

Lanjut ke materi, sebenernya bangga itu enggak, tapi disisi lain aku gak pernah nyentuh sama sekali pelajaran itu. Yah, mau gimana lagi baru aja ngerti, ehehehe. Eits!! Buat kalian yang dapet nilai C jangan kecil hati, kalian bisa tuh ngulang (kalo kalian mau). Tetep semangat belajar, para maba yang masih imut-imut. (Kenapa sih dari tadi nunjuknya maba mulu? Soalnya maba itu yang masih baperan dapet nile jelek, hahaha). Buat para maba sabar yah, satu semester lagi kamu bukan maba ^;^

YUKK BELAJAR TOLERANSI

Kalo bicara tentang bagaimana toleransi di Indonesia udah pasti toleransinya bagus banget, secara Indonesia adalah negara dengan berbagai ma...